Belajar Kepemimpinan Seorang Kepala Sekolah

Belajar Kepemimpinan Seorang Kepala Sekolah  - Catatan kepemimpinan ini merupakan bagian memadukan antara buku keluaran dari FISIP UNPAS " Kepemimpinan dengan Prinsip Technopreneurship"  yang saya terapkan ke kepemimpinan seorang kepala sekolah.


Dalam buku yang saya baca dengan judul " Kepemimpinan dengan Prinsip Technopreneurship "  dijelaskan bahwa Pemimpin atau manajer terutama pemimpin paling atas dan top manajer merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu organisasi dan usaha. Baik di dunia usaha,business maupun di dunia pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi, sosial, politik, pemerintah negara dan lain-lain. 


Belajar Kepemimpinan Seorang Kepala Sekolah


Kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya, sebab pemimpin dan manajer yang sukses itu mampu mengelola organisasinya, bisa mempengaruhi secara konstruktif pada orang lain, dan menunjukan jalan serta perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama (melakukan kerjasama). 


Berarti dari penjelasan diatas Top manager merupakan penentu dari keberhasilan organisasi di berbagai bidang baik pendidikan, religi, social, politik dan lainya. Hal ini lebih ditekankan pada kualitas seorang pemimpin.


Pemimpin dan manajer mempunyai kesempatan paling banyak untuk ‘mengubah jerami menjadi emas atau justru sebaliknya bisa mengubah tumpukan uang menjadi abu’, jika dia salah langkah dan tidak bijaksana. Kepemimpinan menjadi kunci pembuka suksesnya organisasi. Dalam setiap karya bersama atau kerja kolektif, itulah dibutuhkan pemimpin dan kepemimpinan untuk mengefisienkan setiap langkah dan kegiatan, hanya pemimpin yang bersedia mengakui bakat, kapasitas, inisiatif, partisipasi kemauan baik dari para pengikutnya (rakyat, anak buah individu dan kelompok-kelompok individu yang dipimpin) untuk berinisiatif dan bekerja sama secara kooperatif, hanya pemimpin demikian inilah yang mampu menjamin kesejahteraan lahir batin masyarakat luas. 


Nah untuk kepemimpinan seorang kepala sekolah pun sama, jika seorang kepala sekolah mampu menjadi manager yang bisa merangkul semua karyawan di dalam sekolahan tersebut dengan mengakui bakat serta mampu mengapresiasi kinerja secara kolektif maupun individu seorang guru maupun karyawan lainya, maka kesuksesan sekolah tersebut ada didepan mata.


Pada dasarnya seorang kepala sekolah atau  sanggup mempertinggi produktivitas dan efektivitas usaha bersama. Oleh karena itu pemimpin merupakan faktor kritis (crucial factor) yang dapat menentukan maju mundurnya atau hidup matinya suatu usaha dan kegiatan bersama, baik yang berbentuk organisasi sosial, lembaga pemerintah, maupun badan korporasi dan usaha dagang.


Selanjutnya kepemimpinan itu adalah relasi antar pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan ini pada umumnya berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak dan menggerakan orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan begitu pemimpin itu ada, bila terdapat kelompok atau suatu “organisasi” jadi keberadaan pemimpin itu adalah selalu di tengah-tengah kelompoknya (anak buah, bawahan, rakyat) dalam barisan perjuangan, pemimpin harus berjalan paling depan menjadi ujung tombak untuk memberikan arah dan tujuan yang jelas ingin dicapai bersama-sama.


Perkembangan Ilmu Kepemimpinan


Berdasarkan sejarah, kita dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana Hitler, Musolini, Roosevelt, dan pemimpin-pemimpin dunia lainnya sukses dalam dunia usaha mempengaruhi rakyatnya melalui siaran radio. Di Indonesia sejak tahun 1979 telah digalakan kepemimpinan gaya khas Indonesia yang disebut kepemimpinan Pancasila, yang sulit dicari figure di dalam implementasinya, bahkan lebih cenderung hanya sebagai hiasan bibir (formalistic) meskipun penataran-penataran saat itu selalu diadakan sebagai prasyarat bagi calon-calon pemimpin bangsa.


Sebelum Ki Hajar Dewantara, sebagai tokoh pendidikan nasional mencetuskan tiga kalimat di dalam memaknai kepemimpinan, yaitu :


a. Ing Ngarso Sung Tulodo.


Secara harfiah berarti; di depan memberi teladan, mengandung makna bahwa seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang di pimpinnya.


b. Ing Madya Mangun Karso.


Secara harfiah berarti; di tengah memberikan inisiatif yang mengandung makna bahwa seseorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang di pimpinnya.


c. Tut Wuri Handayani.


Secara harfiah berarti; mengikuti dari belakang dengan membimbing, mengandung makna bahwa seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.


Jadi, jelaslah Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangunkarso dan Tut Wuri Handayani saling bekaitan, sebab tidaklah mungkin seorang pemimpin membimbing dari belakang tanpa memberikan contoh teladan yang baik dan berinisiatif jika salah satu tidak berjalan dengan baik, maka kepemimpinan tidak berjalan baik.


Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Jadi, harus ada pemimpin demi suksesnya dan efisiensi kerja. Bermacam-macam usaha dan kegiatan manusia yang jutaan banyaknya ini diperlukan usaha yang terencana dan sistematis untuk melatih dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan.


Teori Kepemimpinan


Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab musabab timbulnya kepemimpinan. Persyaratan menjadi pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan. Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai kepemimpinan dan pemimpin dengan mengemukakan beberapa segi, antara lain ialah :


a. Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan.


Kepemimpinan muncul bersama-sama adanya peradaban manusia yaitu sejak jaman Nabi-nabi dan Nenek Moyang manusia yang berkumpul bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya menantang binatang buas dan alam sekitarnya. Sejak itulah terjadi kerjasama antara manusia dan ada un sur kepemimpinan. Pada saat itu pribadi yang ditunjuk sebagai pemimpin ialah orang-orang yang kuat, paling cerdas, dan paling berani. 


Sebagai contoh: Kautilya dengan tulisannya “arthasastra” (321 sebelum masehi) menuliskan ciri-ciri khas seorang perwira yang ditunjuk sebagai pemimpin,ialah :


  1. Pribumi, lahir dari keturunan luhur;
  2. Sehat, kuat, berani dan ulet;
  3. Intelegent, punya ingatan yang kuat, pandai, fasih berbicara;
  4. Punya watak yang murni dengan sifat-sifat utama, penuh kebaktian, setia pada kewajiban, punya harga diri , kokoh pendi riannya , memiliki enthusiasme, bijaksana, mampu melihat jauh kedepan;
  5. Ramah tamah, baik hati dan sopan santun;
  6. Terampil, terlatih baik dalam bidang seni;
  7. Mempunyai pengaruh.


Dengan ringkas dapat dinyatakan, pemimpin dan kepemimpinan itu di manapun juga dan kapanpun juga selalu diperlukan, khususnya pada jaman modern sekarang dan di masa mendatang.


b. Sebab musabab munculnya pemimpin.


Tiga teori yang menonjol dalam penjelasan kemunculan pemimpin ialah : 1) Teori genetis; 2) Teori sosial; 3) Teori ekologis.


1) Teori genetis, menyatakan sebagai berikut; Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya. Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus. Secara filosofi, teori tersebut menganut pandangan determinitis;


2) Teori sosial (lawan teori genetik), menyatakan sebagai berikut; Pemimpin itu harus disiapkan, didik dan dibentuk tidak terlahirkan begitu saja. Usaha penyiapan dari pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri;


3) Teori ekologis atau sintetis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut terlebih dahulu) menyatakan sebagai berikut; “seorang akan sukses menjadi pimpinan, bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan, juga sesuai dengan tuntutan lingkungan atau ekologisnya.”


c. Tipe dan gaya pemimpin


Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik (khas) sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang dapat mengantarkan sukses atau gagalnya dalam memimpin.


Kesimpulan


Kepemimpinan itu merupakan fungsi kolektif. Fungsi kolektif dalam hal ini berarti, penampilan yang integrative dari daya upaya kelompok itu akan selalu dikaitkan dengan masalah kelompok dan tujuan kelompok. Maka, inti hakiki dari otoritas kepemimpinan dengan kekuasaan dan kewibawaannya itu bukan terletak pada kemampuan individual pemimpin tadi, akan tetapi terutama terletak pada situasi totalnya. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita mendengar kata “leadership” yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti kepemimpinan. 


Seorang pemimpin biasanya melakukan tatap muka secara langsung melalui kata-kata secara lisan, oleh karenanya berhadapan muka secara face dapat mengetahui secara seketika hasil kegiatannya. Adapun pemimpin yang membimbing, mengontrol melalui ciptaan yang ditugaskan dalam bentuk buku atau lukisan yang disebut sebagai kepemimpinan yang tidak langsung karena pemimpin dalam usaha mempengaruhi orang lain (bawahan) tidak seketika pada saat itu melakukan kegiatan. 


Faktor yang penting dalam kepemimpinan, yakni dalam mempengaruhi atau mengontrol pikiran perasaan atau tingkah laku orang lain, namun bukanlah berarti bahwa seorang pemimpin selalu merencanakan dan melakukan kegiatan secara sengaja, atau diangkat sekelompok orang yang mempercayainya secara resmi, ada pula pemimpin yang diangkat secara spontan.